Friday, 13 November 2020

EMPAT TINGKATAN TAUBAT KEPADA ALLAH

Terdapat empat tingkatan bagi sesiapa yang bertaubat.

Tingkatan Pertama: Iaitu orang yang istiqamah dalam taubatnya hingga akhir hayatnya. Dia tidak berkeinginan untuk mengulangi lagi dosanya dan ia berusaha membereskan semua urusannya yang ia pernah keliru (salah).

Tetapi ada sedikit dosa-dosa kecil yang terkadang masih ia lakukan, dan memang semua manusia tidak bisa lepas dari dosa-dosa kecil ini, namun ia selalu bersegera untuk beristighfar dan berbuat kebajikan, ia termasuk orang sabiqun bil khairat.

Allah SWT berfirman: “Di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah ..” (Surah Fathir, ayat 32)

Taubatnya dikatakan taubat nashuha, yakni taubat yang benar dan ikhlas. Nafsu yang demikian dinamakan nafsu muthmainnah.

Tingkatan Kedua: Iaitu orang yang menempuh jalannya orang-orang yang istiqamah dalam semua perkara ketaatan dan menjauhkan semua dosa-dosa besar, tetapi ia terkena musibah, iaitu sering melakukan dosa-dosa kecil tanpa sengaja.

Setiap ia melakukan dosa-dosa itu, ia mencela dirinya sendiri dan menyesali perbuatannya. Orang-orang ini akan mendapakan janji kebaikan dari Allah SWT

Allah berfirman: “(Iaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu Maha Luas ampunanNya…” (Surah an Najm, ayat 32).

Dan nafsu yang demikian dinamakan nafsu lawwamah.

Firman Allah: “Dan aku bersumpah dengan nafsu lawwamah (jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri)”. (Surah Al Qiyamah, ayat 2).

Tingkatan Ketiga: Orang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya sampai satu waktu, kemudian suatu saat ia mengerjakan lagi sebagian dari dosa-dosa besar kerana dia dikalahkan oleh syahwatnya.

Kendati demikian ia masih tetap menjaga perbuatan-perbuatan yang baik dan masih tetap taat kepada Allah. Dia selalu menyiapkan dirinya untuk bertaubat dan berkeinginan agar Allah mengampuni dosa-dosanya.

Firman Allah: “Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surah At Taubah, ayat 02).

Nafsu inilah yang disebut nafsu mas-ulah

Tingkatan ketiga ini berbahaya, kerana boleh jadi ia menunda taubatnya dan mengakhirkannya. Bahkan ada kemungkinan, sebelum ia berkesempatan untuk bertaubat,

Malaikat maut telah diperintah Allah untuk mencabut rohnya, sedangkan amal-amal manusia dihisab menurut akhir kehidupan manusia, menjelang mati.

Tingkatan Keempat: Iaitu orang yang bertaubat, tetapi taubatnya hanya sementara waktu saja, kemudian ia kembali lagi melakukan dosa-dosa dan maksiat, tidak peduli terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah, serta tidak ada rasa menyesal terhadap dosa-dosanya.

Nafsu sudah menguasai kehidupannya serta selalu menyuruh kepada perbuatan-perbuatan yang buruk. Ia termasuk orang yang terus-menerus dalam perbuatan dosa.

Bahkan dia sudah sangat benci kepada orang-orang yang berbuat baik, dan malah menjauhinya. Nafsu yang demikian ini dinamakan nafsul ammarah.

Allah berfirman: “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), kerana sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Surah Yusuf, ayat 53).

Tingkatan keempat ini sangat berbahaya, dan bila dia mati dalam keadaan demikian, maka dia termasuk su’ul khatimah (akhir kehidupan yang buruk).

No comments:

Post a Comment